Pages

Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

anak berkebutuhan khusus membutuhkan pembelajaran yang berbeda dengan anak normal. Meski harus dengan penggunaan metode khusus, seorang guru seharusnya tidak lantas mengabaikannya karena pada dasarnya ereka memiliki hak yang sama dalam memperolah pendidikan. Beberapa kesulitan yang dialami anak berkebutuhan khusus adalah:

1. Kesulitan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
Kesulitan berkomunikasi adalah kegagalan dalam kemampuan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi yang meliputi keterlambatan, kekacauan / pertentangan di dalam mendengarkan dan mengatakan. Perkembangan bahasa merupakan tahap kritis dalam perkembanganpembentukan kognitif. Murid-murid dengan kegagalan komunikasi banyak mendapat masalah akademik di sekolah.
Ciri-ciri anak dengan kesulitan berkomunikasi:
a. Memiliki kesulitan untuk memahami instruksi verbal untuk memperoleh informasi
b. Mempunyai kesulitan ketika menyampaikan pikiran dan pengetahuan baik secara lisan maupun tertulis.
c. Mempunyai masalah interaksi sosial.

Pendidikan baagi anak dengan kesulitan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi :
a. Mengembangkan suatu aktivitas dalam kelas untuk meningkatkan keahlian komunikasi
b. Anak dengan kesulitan berkomunikasi perlu dilatih berkomunikasi dengan teman sebaya secara natural dan dengan sendirinya dapat mempelajari situasi baru.

2. Kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja (disleksia)


Disleksia adalah gangguan dalam berbicara atau sebagai kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata atau simbol-simbol tulis. Disleksia merupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi berupa tulisan.
Ciri-ciri anak dengan disleksia
a. Sulit mengeja dengan benar
b. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa
c. Membaca tidak berurutan
d. Kesulitan mengerutkan huruf-huruf dalam kata.
e. Kesalahan mengeja
f. Rancu dengan kata-kata singkat
g. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai menulis
h. Lupa mencantumkan huruf besar dan huruf kecil dengan benar
i. Lupa meletakkan titik atau tanda baca lainnya
j. Menulis huruf dan angka dengan hasil kurang baik.

Penyebab disleksia :
a. kesulitan menghubungkan antara lisan dan tertulis atau antara suara dan kata
b. Keterbatasan tak mengolah dan memproses informasi tersebut
Penanganan bagi anak disleksia :
a. Pemberian metode yang tepat disesuaikan dengan kesulitan spesifik anak.
b. Orang tua memberikan dorongan moril untuk anak.

3. Kesulitan menulis (disgrafia)
Disgrafia adalah kelainan saraf yang menghambat kemempuan menulis sehingga tidak dapat menulis dengan mantap atau tulisan tangannya buruk.
Ciri-ciri umum anak disgrafia:
a. bentuk huruf dan tulisan tidak konsisten
b. penggunaan huruf besar dan kecil masih tercampur saat menulis
c. ukuran dan bentuk huruf dalam tulisan tidak proporsional
d. Anak terlihat bekerja keras saat mengomunikasikan pendapat dalam bentuk tulisan
e. Berbicara pada diri sendiri atau terlalu memperhatikan tangan saat menulis
f. Tetap mengalami kesulitan meskipun menyalin tulisan.

Faktor penyebab antara lain:
a. Diduga karena adanya kejadian traumatic yang mengganggu perkembangan si anak
b. Faktor genetis
c. Lesi

Penanganan penderita disgrafia:
a. Para Pendidik dapat membantu melatih keterampilan pramenulis dan mengeja yang disesuaikan dengan kesulitan spesifik anak
b. Orang tua memberikan dukungan moril kepada anak

4. Kesulitan berhitung (diskalkulia)
Diskalkulia adalah gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis.
Ciri-ciri diskalkulia:
a. Tingkat perkembangan bahasa dan lainnya normal, kadang-kadang memori visualnya baik.
b. Sulit melakukan hitungan matematis
c. Sulit melakukan proses matematis
d. Kadang mengalami disorientasi waktu dan arah
e. Terhambat dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu
f. Terhambat dalam pelajaran musik
g. Bisa mengalami kesulitan dalam permainan olahraga

Faktor penyebab diskalkulia antara lain:
a. Kelemahan proses penglihatan atau visual
b. Kesulitan dalam mengurut informasi
c. Fobia matematika.

Metode pendidikan untuk membantu penderita Diskalkulia antara lain:
a. Menggunakan gambar, kata-kata atau grafik untuk membantu pemahaman
b. Hubungkan konsep matematika dengan aktivitas sehari-hari
c. Lakukan pnedekatan menarik terhadap matematika
d. Tuliskan konsep matematis atau angka di kertas
e. Puji secara wajar jika berhasil
Gangguan yang lainnya adalah lamban belajar, gangguan komunikasi, dan gangguan gerakan anggota tubuh.

5. Gangguan yang Berkaitan Dengan Panca Indera (penglihatan,endengaran, dan lain-lain)
a. Anak yang Mengalami Gangguan Penglihatan (Tuna Netra)
Tuna netra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan yang bersifat menyeluruh atau sebagaian.

Ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak mampu melihat
b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
d. Sering meraba-raba / tersandung waktu berjalan
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering.
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata
h. Mata bergoyang terus
Apabila seorang anak memiliki 4 ciri dan 8 ciri diatas, mereka dikategorikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan khusus.

Penggolongan gangguan penglihatan:
a. Berdasarkan ukuran ketajaman penglihatan
b. Kelompok yang memiliki keterbatsasan penglihatan
c. Kelompok yang mengalami keterbatasan penglihatan yang berat (buta)
Bagi anak-anak penderita tuna netra, pendidikan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan danketerbatasan mereka.

Media belajar bagi anak tuna netra dikelompokkan menjadi dua:
1. Kelompok buta dengan media penulisan braile
2. Kelompok low vision dengan media tulisan yang dimodofikasi

b. Anak yang Mengalami Gangguan Pendengaran (Tuna Rungu)
Tuna Rungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya. Apabila seorang anak memiliki 6 ciri dari 9 ciri di bawah, maka mereka dikategorikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan khusus:
a. Secara nyata tidak mampuu mendengar
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata yang tidak jelas
f. Kualitas suara aneh / monoton
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran
i. Keluar cairan atau nanah dari kedua telinga

Yang perlu diperhatikan oleh pendidik didalam memerikan pembelajarran pada anak tuna rungu.
a. Tidak berbicara membelakangi anak
b. Anak hendaknya duduk atau berada dibagian paling depan kelas
c. Bila hanya sebagaian telinganya yang tuna rungu, tempatkan anak sehingga telinga yang baik dekat dengan guru
d. Perhatikan postur anak
e. Dorong anak selalu memperhatikan wajah guru
f. Berbicara dengan volume biasa, tetapi gerakan bibirnya harus jelas.

c. Anak Dengan Kelainan Anggota Tubuh Atau (Gerakan Tuna Daksa)
Tuna daksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Apabila seorang anak memenuhi 5 ciri dari 7 ciri berikut maka anak tersebut digolongkan sebagai penderita tuna daksa
a. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
b. Kesulitan dalam gerakan
c. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak sempurna
d. Terdapat cacat pada alat gerak
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g. Hiperaktif/ tidak dapat tenang

Hal-Hal yang harus diperhatikan oleh pendidik sebelum memberikan pelajaran bagi anak tuna daksa:
a. Faktor medis
b. Kemampuan gerak dan mobilitasnya
c. Kemampuan atau keterampilan komunikasi
d. Kemampuan merawat & mengatur dirinya sendiri
e. Posisi tertentu yang mungkin membuatnya nyaman

KTSP dan Komponennya

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) adalah kurikulum operasional yang di susun oleh dan dilaksanakan dimasing – masing satuan pendidikan.
Dokumen utama yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan KTSP adalah PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Permen Diknas 22 tahun 2006 tentang SI, Permen Diknas 23 tahun 2006 tentang SKL, dan Panduan/Pedoman yang mendukung KTSP.
Komponen KTSP
1. Tujuan Pendidikan Sekolah
2. Struktur dan Muatan Kurikulum
3. Kalender Pendidikan
4. Silabus
5. RPP
Dokumen KTSP
Dokumen KTSP merupakan penjabaran dari komponen – komponen diatas. Terdiri dari dokumen I dan dokumen II.
• Dokumen I
Dokumen I KTSP ini terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Dari bab – bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bab I : Pendahuluan
Pada Bab I terdapat beberapa subbab, yaitu :
a) Latar Belakang
Latar belakang merupakan dasar pemikiran penyusun KTSP
b) Tujuan KTSP
Tujuan KTSP berisi hal – hal atau poin yang hendak dicapai.
c) Prinsip Pengembangan KTSP
Prinsip – prinsip ini berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik di lingkungan.
2. Bab II : Tujuan Pendidikan
Pada Bab II ini berisi tujuan pendidikan, visi, misi, dan tujuan sekolah.
a) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan ini disesuaikan dengan karakteristik sosial. Misalnya tujuan pendidikan dasar, tujuan pendidikan menengah , atau tujuan pendidikan menengah kejuruan.
b) Visi
Visi adalah tujuan yang hendak dicapai suatu instansi. Visi bukan berisi hal-hal yang bersifat abstrak sehingga sulit dicapai, namun berisi hal-hal konkrit yang mudah untuk dipahami untuk kemudian direalisasikan. Visi mencakup pertanyaan “ apa tujuan yang akan dicapai?”
c) Misi
Misi mencakup pertanyaan “bagaimana cara mencapai tujuan yang ada dalam visi tersebut?” atau “upaya apa yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan-tujuan tersebut?”. Jadi, misi mengacu pada visi yang sudah ditetapkan sebelumnnya.

3. Bab III : struktur dan Muatan Kurikulum
Struktur kurikulum adalah pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan isi dari struktur kurikulum itu sendiri adalah :
a) Mata Pelajaran
Mata pelajaran ini diikuti dengan penentuan alokasi, yang disususn berdasarkan struktur kurikulum.
b) Muatan Lokal
Muatan lokal adalah mata pelajaran atau kegiatan kurikulum untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi dan kebutuhan daerah dan materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam pelajaran muatan nasional.
c) Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan diluar mata pelajaran sebagai bagian – bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.
d) Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar ini dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti pelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
e) Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran.
f) Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dan kelulusan ini akan tercapai bila kriterianya terpenuhi, yaitu telah mencapai ketuntasan pada seluruh SK atau KD. Jika karena alasan kuat seperti faktor fisik, mental atau emosi sehingga tidak mungkin berhasil maka peserta didik dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan. Jika tanpa ada alasan kuat, maka peserta didik harus mengulang dikelas yang sama. Jika tidak menyelesaikan SK dan KD lebih dari empat mata pelajaran.
g) Penjurusan
Penjurusan biasanya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak selama proses pembelajaran. Penjurusan membantu anak memilih bidang apa yang ia kuasai dan kelak dapat membantunya mencapai kesejahteraan hidup.
h) Pendidikan Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup atau Live skill adalah kecakapan – kecakapan hidup yang diperlukan peserta didik dalam mengatasi berbagai permasalahan hidup.
i) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Yang dimaksud dengan pendidikan dengan berbasis keunggulan likal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain – lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Muatan Kurikulum pada setia[ satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dalam kompetensi dasar pada setiap tingkat atau semester.
a. Standart Kompetensi
Kompetensi adalah tujuan akhir suatu mata pelajaran. Standart Kompetensi adalah tujuan akhir semester suatu mata pelajaran.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah penjabaran lebih rinci dari standart komp
4. Bab VI : Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran.komponen kalender pendidikan adalah:
a) Permulaan tahun ajaran
Waktu dimulainya pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
b) Minggu efektif belajar
Jumlah minggu kegiatan pembelajaranuntuk setiap tahun pelajran pada setiap satuan pendidikan
c) Waktu pembelajaran efektif
Jumlah jam pembelajaran setiap minggu,meliputi jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata peljaran termasuk mulok,ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri
• Dokumen II
1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian.
Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu SK maupun satu KD.
Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat di dalam silabus.
Di bawah ini adalah contoh silabus :



2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran dikelas.
Contoh format RPP:

Rencana Persiapan Pengajaran
Nama Sekolah :…………………………………………………….
Mata Pelajaran :…………………………………………………….
Kelas/Semester :…………………………………………………….
Pertemuan Ke :……………………………………………………..
Alokasi Waktu :……………………………………………………..
Standart Kompetensi :……………………………………………………..
Kompetensi Dasar :
Indikator
I. Tujuan Pembelajaran :……………………………………….
II. Materi Pokok :………………………………………..
III. Metode :………………………………………..
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
• ………………………………….
• ………………………………….
Kegiatan Inti
• …………………………………..
• …………………………………..
Kegiatan Penutup
• ……………………………………
• ……………………………………
V. Alat dan Sumber Belajar
• …………………………………..
• …………………………………..

VI. Penilaian
• …………………………………….

No aspek Skor

SAATNYA "BANGKIT"!!!!!



Demi pendidikan dan nasib generasi penerus bangsa, mari berantas SEMBILAN PENYAKIT GURU!!


1. KUDIS = kurang disiplin
2. KURAP = kurang rapi
3. KUTIL = kurang teliti
4. ASMA = asal masuk
5. TBC = Tidak Bisa Computer
6. KRAM = kurang trampil
7. ASAM URAT = asal sampai, uring-uringan atau tidur



8. GINJAL = gaji ingin naik tapi kerja lamban
9. PUCAT = pulang cepat

Semua itu adalah tanda2 munculnya KUMAN alias Kurang Iman hehehe

Malas Mengajar??????????????????


Fakta yang terjadi dikalangan guru seperti kerap datang terlambat, beristirahat melebihi waktu yang semestinya, meninggalkan sekolah pada jam mengajar tanpa ijin, pulang sebelum waktunya, dan sebagainya merupakan suatu akibat. Akibat-akibat tersebut ditimbulkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Tidak adanya perbedaan perlakuan yang diterima oleh guru.
Dapat dilihat bahwa pada umumnya guru yang malas tidak pernah mendapat sanksi, kecuali berupa teguran bahkan cenderung diabaikan. Sedangkan guru yang rajin tidak pernah mendapat penghargaan meskipun sekedar ucapan yang menggembirakan. Memang pada dasarnya guru tidak memerlukan penghargaan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa adanya penghargaan merupakan nilai lebih yang dapat dijadikan motivasi. Sedangkan sikap atasan yang sama terhadap guru yang malas dan guru yang rajin dapat melemahkan semangat guru (yang rajin) dalam menjalankan tuggas keguruannya.

2. Tidak adanya perbedaan nasib
Dalam hal ini yang dimaksud nasib adalah hal-hal yang berkaitan dengan reward yang diterima oleh guru seperti kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, atau dalam hal DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan). Guru yang malas, yang bahkan tidak mengerjakan administrasi kelas (seperti program semester, analisis hasil penilaian, dan sebagainya) pada kenyataannya tetap mendapatkan kenaikan gaji berkala dan berhasil naik pangkat. Dalam DP3 memang terdapat perbedaan jumlah nilai antara guru yang satu dengan guru lain, namun kenyataannya semua dinilai ”baik”. Dari kenyataan tersebut tentunya tidak mustahil jika guru yang semula rajin akan terbawa arus menjadi malas karena merasa tidak ada keadilan.

3. Kurangnya fasilitas untuk mengembangkan diri
Permasalahan ini khususnya pada guru yang memiliki semangat mengajar tinggi dan menginginkan adanya perubahan agar lebih baik. Sebenarnya sosok guru seperti ini benar-benar ada. Sosok guru yang amat bersemangat menjalankan tugas, rajin membina diri, giat belajar atau ingin melanjutkan studi. Namun ada kalanya hal itu terhambat biaya. Dan yang lebih disayangkan lagi tidak adanya program dari pemerintah yang mendukung atau memberi kesempatan bagi guru yang ingin mengembangkan diri.

4. Atasan yang pilih kasih
Selalu ada saja atasan yang berlaku pilih kasih. Misalnya atasan akan bersikap baik atau memberi nilai tinggi pada guru yang sering memberikan buah tangan untuknya atau atasan berlaku baik pada guru yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan kepala dinas atau atasan yang lebih tinggi (istri, suami, adik, keponakan, dan sebagainya). Sedangkan rekan guru yang lain mendapat perlakuan sebaliknya.

5. Adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh atasan
Atasan yang berwenang mengelola sekolah melalui kebijakan-kebijakan, harusnya atasan dapat membuat kebijakan yang tepat. Saat atasan mengambil kebijakan yang salah atau menyimpang dari aturan semestinya, dan ada guru yang berusaha mengingatkan, justru guru tersebut disalahkan. Guru tersebut justru dianggap tidak bisa diajak kompromi, tidak dapat diajak kerjasama. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi semangat mengajar guru karena akan timbul perasaan tidak dihargai dan tidak didengar.

6. Lingkungan mengajar yang tidak kondusif

Lingkungan sangat berpengaruh bagi tinggi rendahnya semangat mengajar guru. Jika rekan-rekan guru di lingkunagn tersebut memiliki semangat tinggi tentunya guru yang semula malas akan terbawa suasana semangat. Namun sebaliknya, jika rekan-rekan guru di lingkungan tersebut memiliki semangat yang rendah tidak mustahil jika guru yang rajin akan terbawa arus.

pendidikan karakter

istilah "Pendidikan Karakter" saat ini sedang booming. Selain dinilai menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Tidak kecuali di pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar. Beberapa Perguruan Tinggi ternama tak ketinggalan mengangkat topik hangat ini dalam forum-forum tertentu. misalnya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengadakan Rembuk Nasioanal dengan  tema “ Membangun Karakter Bangsa dengan Berwawasan Kebangsaan”. Acara ini digelar di Balai Pertemuan UPI ini, dibidani oleh Pusat Kajian Nasional Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan UPI.Selain dihadiri Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof.dr.Fasli Jalal, Ph.D, hadir pula menjadi pembicara seperti Prof.Dr.Mahfud,MD,SH, SU. Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie, SH. Prof.Dr.Djohermansyah Djohan, M.A. Prof.Dr.H.Sunaryo Kartadinata,M.Pd. Prof.Dr.H.Dadan Wildan, M.Hum dan Drs. Yadi Ruyadi, M.si.
Wamendiknas dalam acara ini mengungkapkan arti penting pendidikan karakter bagi bangsa dan negara, beliau pun menjelaskan bahwa pendidikan karakter sangat erat dan dilatar belakangi oleh keinginan mewujudkan konsensus nasional yang berparadigma Pancasila dan UUD 1945. Konsensus tersebut selanjutnya diperjelas melalui UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”
Dari bunyi pasal tersebut, Wamendiknas mengungkapkan bahwa telah terdapat 5 dari 8 potensi peserta didik yang implementasinya sangat lekat dengan tujuan pembentukan pendidikan karakter. Kelekatan inilah yang menjadi dasar hukum begitu pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter.
Wamendiknas pun mengatakan bahwa, pada dasarnya pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Ilahi, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini dangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan prilaku.
Oleh karena itu Wamendiknas mengatakan bahwasanya sekolah sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting. Wamendiknas menganjurkan agar setiap sekolah dan seluruh lembaga pendidikan memiliki school culture , dimana setiap sekolah memilih pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Lebih lanjut Wamendiknas pun berpesan, agar para pemimpin dan pendidik lembaga pendidikan tersebut dapat mampu memberikan suri teladan mengenai karakter tersebut.
Wamendiknas juga mengatakan bahwa hendaknya pendidikan karakter ini tidak dijadikan kurikulum yang baku, melainkan dibiasakan melalui proses pembelajaran. Selain itu mengenai sarana-prasaran, pendidikan karakter ini tidak memiliki sarana-prasarana yang istimewa, karena yang diperlukan adalah proses penyadaran dan pembiasaan.
Prihal pengembangannya sendiri, Wamendiknas melihat bahwa kearifan lokal dan pendidikan di pesantern dapat dijadikan bahan rujukan mengenai pengembangan pendidikan karakter, mengingat ruang lingkup pendidikan karakter sendiri ssangatlah luas.

Pendidikan itu ilmu atau uang???

"sudahlah...yang penting kamu itu sekolah yang bener biar jadi dokter trus dapat banyak duit!!!"

sering kita dengar kalimat seperti ini dalam keseharian. lantas timbul pertanyaan, sebenarnya apa tujuan sekolah alias menuntut ilmu itu hanya demi masa depan yang berupa limpahan materi??? jawabannya ada pada diri kita masing-masing...

Hakikat Pendidikan

Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan?

Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.

Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.

Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan kata mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa.

(1) tentang cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya.

(2) tentang hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup.

(3) tentang bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya, seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)? Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa.

inilah sekelumit tulisan yang saya jadikan pokok pemikiran buat apa itu hakikat pendidikan sebenarnya.